Basa Basi

Saya kurang mampu berbasa-basi. Saya adalah pribadi yang punya kecenderungan tertutup. Saya harus merasa aman dan nyaman dulu baru bisa terbuka. Ya, itulah saya dan mungkin beberapa orang lain. Karena kecenderungan tertutup itulah maka saya agak kurang bersahabat dengan sikap sok kenal. Salah satu bentuk nyata dari sok kenal adalah basa-basi. Buat saya, menjadi orang yang sok kenal sehingga harus memaksakan diri untuk berbasa-basi adalah menyakitkan. Mengapa? Karena saya sendiri kurang nyaman disok kenali oleh orang lain sehingga tahu rasanya ketika harus mensok kenali orang lain, berbasa-basi dengan orang lain. Namun karena pekerjaan saya memang membutuhkan kondisi mental yang kuat dari tindakan sok kenal orang lain, saya berlatih keras. Berlatih keras untuk bagaimana menjadi korban basa-basi sekaligus juga berbasa-basi. Pelan-pelan tapi pasti, saya berevolusi menjadi manusia yang mampu membedakan mana tindakan sok kenal dengan basa-basi yang tulus dan mana yang tidak tulus.

Hidup adalah proses tanpa henti. Hidup adalah latihan tanpa henti. Saya terdaftar untuk ikut berlatih. Berlatih untuk mengikuti arus basa-basi karena percuma untuk melawan arus. Saya memilih untuk mengikuti arus. Namun mengikuti ikut arus bukan berarti tenggelam.

Ceritanya begini: saya cukup banyak menghadiri acara-acara (walaupun tetap tidak merubah sebutan ‘autis’ untuk saya). Saya bertemu banyak sekali orang dari banyak kalangan. Artis, sok artis,
socialite, sok socialite atau apapun sebutannya. Seringkali saya juga bertemu dengan orang yang masih itu-itu juga karena banyak dari mereka masih berasal dari pergaulan yang sama. Dan lebih dari lima orang yang sama itu bertanya basa-basi kepada saya dengan templates pertanyaan yang sama pula. Dan pertanyaan-pertanyaan yang paling trendy adalah: ‘ngapain?’, ‘sama siapa?’, ‘udah lama?’ bahkan pertanyaan yang sudah mulai menyinggung ranah privacy saya seperti: ‘kok sendirian? Dewi mana?’. Yang cukup ngeselin adalah saya pernah jelas-jelas datang ke konser besar sebuah band ataupun penyanyi ataupun DJ dari mancanegara dan masih ditanya ‘ngapain?’. Pengen garuk-garuk tembok dan jilat- jilat aspal rasanya :)

Bukan berasumsi dan menuduh, namun saya yakin, dalam waktu kurang dari setengah jam setelah pertanyaan itu dilontarkan kepada saya, pasti yang bersangkutan lupa dia pernah bertanya apa kepada saya. Lagian kalaupun saya harus menjawab misalnya atas pertanyaan ‘Dewi mana?’ dan kemudian saya jawab
detail (dan saya selalu cukup detail karena saya pengen orang lain informed bener-bener): ‘Dewi sedang sibuk menyelesaikan albumnya, Rectoverso, yang berisi sebelas lagu plus sebelas cerpen bertema sama dan akan rilis dekat-dekat ini dan diproduseri secara independen’, pertanyaan yang sangat mungkin muncul dibenak saya adalah: ‘Kira-kira orang itu ngerti nggak yaa? Bisa jelasin lagi nggak ya? Misalnya ketika ditanya sama orang lain yang bertanya sama dia:’Tadi ketemu Marcell yaa? Sama Dewi nggak? Dewi lagi ngapain?’ Saya nggak jamin jawabannya akurat. Dan saya juga yakin nggak akan ada lagi yang nanya begitu sama dia. Jangankan mikirin mau nanya detailnya. Nggak ada yang peduli wong cuma basa-basi, kok. Ntar pasti kalau ketemu lagi padahal baru dua hari yang lalu ketemu, pertanyaannya pasti masih sama: ‘Dewi mana?’ Heiloooo??? Basa-basi-busuk. Crap. Period.

Pernah ada juga yang bertanya basa-basi mengenai keputusan saya untuk menjadi pemeluk agama Buddha disaat saya sedang
grocery shopping di sebuah supermarket. Mungkin juga serius bukan basa-basi. Pertanyaannya adalah: ‘kenapa sih kok pindah Buddha?’ dan pertanyaan ini diajukan disaat saya sedang memilih-milih tahu dan tempe untuk makanan saya. Pertanyaan itu jelas-jelas adalah pertanyaan sangat pribadi dan prinsipil. Pertanyaan seperti itu bukan pertanyaan standar untuk dibicarakan sambil milih-milih tahu, tempe dan sayuran di supermarket. Seberapa lama sih durasi grocery shopping sampai perlu bertanya hal sedalam itu? Nggak akan cukuplaah. Jelas butuh waktu yang tidak sebentar karena pembicaraannya pasti menjadi panjang lebar. Tidak boleh asal-asalan. Butuh kesiapan mental untuk menjawab, mendengarkan dan berkomentar. Karena kalau setengah-setengah baik dalam mendengarkan, menjawab atau berkomentar bisa jadi insulting untuk kedua pihak. Kesimpulannya, pertanyaannya yang ‘nggak penting’ untuk saat itu. Nggak banget. Again, it was just another basa-basi-busuk. Sorry.

Marilah kita berpikir dulu sebelum nanya, penting atau nggak jawabannya. Cukup atau nggak waktunya. Pas atau nggak momennya. Latihan kepekaanlaah. Nggak usah jauh-jauh, minimal
benefit-nya untuk kehidupan pribadi si penanya: nambah pengetahuan nggak? Bikin hidup lebih baik nggak dengan mendapatkan jawaban? Kalau misalnya nggak nambah apapun ataupun udah nanya, dan kemudian dijawab panjang lebar dan akhirnya juga lupa jawabannya apa dan apalagi (amit-amit) pertanyaannya ntar juga lupa, yaa mending nggak usah nanya deeh. Efisien dan efektiflaah. Bukan cuman mengurangi pemakaian BBM aja yang ada hubungannya dengan efisiensi dan efektifitas, tapi juga bagaimana merubah mindset untuk efisien dan efektif dan mutlak HARUS dimulai dari diri sendiri. Efisien dan efektif dalam bertanya sekaligus juga efisien dan efektif dalam menjawab.

Seseorang yang mengalami pencerahan pernah berkata bahwa terdapat tiga jenis pertanyaan didunia ini. Pertama adalah pertanyaan yang harus dijawab, Kedua adalah pertanyaan yang tidak harus dijawab dan ketiga adalah pertanyaan yang harus dijawab dengan pertanyaan lagi. Perkataan Sang Bijak ini selalu menuntun saya untuk berlatih efisiensi dan efektifitas. Berguna sekali. Sangat.

Basa-basi itu adalah hak bukan kewajiban. Banyak hak ketika berubah menjadi kewajiban hilang nilai ketulusannya. Buat saya pribadi, cara kita berbasa-basi menunjukkan tingkat ketulusan kita sekaligus juga tingkat kecerdasan dan kecermatan kita. Daya tangkap dan daya tanggap kita. Basa-basi walaupun kecil tetap harus elegan. Basa-basi kita menunjukkan karakter kita sebenarnya. Basa-basi kalau nggak asyik yaa siap-siap dibete-in atau nggak dijawab dan dianggap ‘nggak’ pinter (saya nggak bilang ‘bodoh’ atau ‘tolol’ lhoo:)).
So people, berhati-hatilah dalam berbasa-basi. Sadari bahwa basa-basi juga mampu menyakiti orang lain terlebih ketika dilontarkan tanpa observasi dan tanpa dipikir (baca: tanpa ketulusan). Jauuuh lebih baik kita tersenyum dan melambaikan tangan dengan tulus tanpa kata-kata. Jauh lebih bermakna. Jauh lebih membahagiakan. Tapi ingat, selama tulus.

Semoga semua berbahagia. 

Terimakasih semesta untuk perjalanan hari ini. Terimakasih buat Eva dari Warung Kemuning di Subud yang sudah membuatkan teh manis dan membawakan pisang :)

PS. Oh ya, ada yang lebih parah lagi, saya terang-terangan mengisi sebuah acara sebagai penyanyi dan acara itu jelas-jelas menyebutkan nama saya sebagai pengisi acara serta disiarkan oleh sebuah stasiun TV. Masih ada juga orang di belakang panggung dalam acara itu yang bertanya ke saya dengan
simple tapi cukup membuat saya bingung: ‘Nyanyi, Cell?’ Kumaha ngajawabna nyak? That’s stupid. Period.

12 comments:

Reza Gunawan said...

Bro,

Didn't know you had so many words to share :) Selamat ya bloggah!

Basa-basi... memang jadi lubrikan sosial yang paling aman, ketika kurang cukup dekat untuk bertukar curhat, dan terlalu takut dituduh sombong.

Mungkin suatu hari orang-orang lebih suka bertukar 'hening', merasa hangat, dekat dan akrab tanpa harus berkata-kata. Hingga hari itu tiba, gua cuma mampu berlatih memeluk tulus segala kekurangtulusan, baik dari orang lain, maupun kadang-kadang dari yang masih terlontar di mulut gua sendiri.

(... I write the songs.. I write the songs... Barry Manilow singing in the background, hahaha...)

PS: balasan email gua berbentuk keheningan, tjeu?

tari said...

Marcell...
gw suka baca blog Dewi (she's my guru). tp br baca punya lw skarang, krn emang baru dapet link-nya.
tadinya jg pny blog, tp guess what, malah jd media ngusik2, jd balik ngasi masalah untuk orang2 di sekitar gw. jd terpaksaaaaa bgt, blog itu mesti gw drop. sebagian dr gw, cerita gw, terpaksa habis gara2 orang lain ngga ngertiin batesan privacy. dan gw BUKAN ARTIS.

Ok, to be honest, I regret the divorce. Those things between both of you makes me less believe that any kind relationship in any form of it can last forever. We're all human.

But I'm wishing for both of you, in every step you take, with everyone you chose to stand with, may He bless your life.

6 miliar manusia = 6 miliar konsep Tuhan = 6 miliar kebenaran (Dewi)

my line would be:
"We're all worshiping the same God in different ways"

Lida Handayani said...

Wah, bener euy. Memang pertanyaan basa-basi teh bikin bete pisan.

Aku baru nikah beberapa bulan dan selama beberapa bulan, pertanyaan yang ditanyakan sejak 7hari setelah aku menikah adalah... "sudah isi belom?" di haaampir setiap kesempatan dan orang. Well, emang ada juga sih yang ga nanya gitu. Dan kupikir bener sih, mereka ga bener2 ingin tau, cuma semacam "sapaan wajib" aja buat mereka yang baru nikah.

Tapi sebel juga kan. Soalnya aku belum ingin. Dan kalo dijawab jujur kalo aku belum ingin, eeeh berlanjut deh ke pertanyaan selanjutnya, "blah blah..."

Eh, kok jadi curhat gini sih ya? Sok kenal banget! Hehehe, sorry yaks.

Btw, aku suka lagu dan suara kamu, Cell, keren. [ini bukan pernyataan basa-basi ya, beneran]. Dulu pernah lihat kamu sm beberapa org di PVJ, ingin sih nyapa n minta foto bareng gitu... tapi...antara malu dan gengsi, ga jadi deh.

Anonymous said...

Wow! That post was exceptionally long! hehe! Guess this is the best way to pour out just everything...

Well, i was browsing around and found out that i've missed out a lot! Well, you've been through a lot, i suppose. Don't worry you'll get over it soon... So happy you've found the one!!hehehe!

May God Bless You!

Suria

anu said...

yes, i understand what you feel. when it comes to it, it relates with people prejudices, interpretating our pride or vanity through their eye glasses..

evolove said...

HAI.. SALAM KENAL..KAK MARCEL..


I AM AGREE WITH YOU..

LETS STOP BASA BASI BUSUK..


LETS SPEAK THE TRUTH AND USEFULL WORDS...

MAri kita sama2 melatih diri mengerem perkataan 2 yang TIDAK BAIK, gak penting.. and GAK BERGUNA..

DARIPADA NGABISIN WAKTU UNTUK BASA BASI BUSUK MENDINGAN DIAM AJA DEH .. dan tersenyum :)

" Semoga anda semua berbahagia "

be happy.....:)

Marcell Siahaan said...

Hi, happy people in the blog..
Thank you for all the comments on my blog :) Semoga banyak hal yang saya utarakan ini bisa menjadi sarana buat saya untuk bisa lebih dekat lagi dengan anda semua. Sekali lagi terima kasih yang terdalam. Pertemuan dan kedekatan adalah rejeki yang tak ternilai untuk saya. Hormat saya untuk orang-orang terkasih: Melati Adams, Dewi Lestari dan Reza 'Manilow' Gunawan untuk segala dukungan dan cintanya :) Semoga semua berbahagia :)

-marcell-

Anonymous said...

hmm...i love the last part 'kumaha ngajawabna, nya?' :D

Anonymous said...

ngeblog?

*injek krupuk* :D

Marcell Siahaan said...

Nggak.. Ngupil :) Hehehe! Ngasih comment, Ben? :) Salam yaaa! *nggak jelas salam ama syapa*

Anonymous said...

gyahaha..dodol bener orang2 ituu..terutama yg 'nyanyi,cell?' hihi..minta dijitakkkk..

eh,eh,gw fans baru kalian (dewimarcel-sory tetep gw jadikan satu :p) soalnya gw mulai ngefansnya justru sejak kalian cerai tapi terus temenan ky skg..gw dlm situasi Rectoverso bagian 'Peluk',bedanya,peluk gw gak dimengerti.......

-P-

biibiiis said...

embeerr....klo nonton tivi,sering heran jg ama orang atau wartawan yg nanya korban musibah trus nanyanya: gimana bu/pak perasaannya?

Gw saat itu juga pengen ngelepmar tivi gw dan bilang: menurut loe emang gimana?
silly question!