Logika Kesombongan

Berbicara tentang kesombongan, saya jadi teringat ucapan seorang kerabat dekat saya ketika pertama kali saya berduet dengan Shanty di tahun 2002 dulu. Dia bilang begini : “Ki (Kiki adalah nama kecil saya), kamu nanti kalau sudah terkenal jangan sombong yaa! Kamu tetap harus rendah hati! Orang kalau sudah sukses itu harus rendah hati!” Saya mengangguk tanda setuju. Saya menurut saja dan terus menanamkan dalam diri: ‘JANGAN SOMBONG, TETAP RENDAH HATI’. Saya ucapkan itu berulang-ulang dalam hati. Seperti mantra. Seperti doa. Ya, itu benar. Orang kalau sukses itu sudah seharusnya rendah hati. Itu template-nya.

Tapi akhirnya dibenak saya timbul pertanyaan: Apakah saat itu saya paham mengapa saya tidak boleh sombong? Pahamkah saya mengapa saya memang seharusnya bersikap rendah hati?

Jawabannya: BELUM. Saya belum paham. Saya belum sadar.

Ketidakpahaman ini adalah sebab mengapa begitu banyak orang terlihat palsu, kosmetis dan plastik. Sikapnya dibuat-buat supaya terlihat rendah hati. Berusaha tidak sombong. Jaga
image. Jaga wibawa. Ya, karena mereka belum paham. Belum paham mengapa kita seharusnya tidak boleh sombong. Termasuk juga diri saya saat itu. Saya menganggap bahwa kesombongan itu (hanya sekedar karena) tabu dan kerendah hatian adalah ‘keharusan’. Rendah hati adalah template. Seperti tertulis di semua kitab suci, terucap di setiap khotbah pemuka agama dan pesan-pesan orang tua kepada anaknya. Hanya pengetahuan dan bukan pemahaman. Hasilnya saya BERUSAHA mati-matian untuk rendah hati. Aneh,kan? Rendah hati kok berusaha. Ketika rendah hati dijadikan usaha malahan membuat kita terlihat palsu, kosmetis dan dibuat-buat. Tidak ada ketulusan.

Rendah hati itu bukan usaha tapi karakter. Karakter yang terbentuk dari pemahaman. Bukan karena keharusan. Bukan karena kewajiban. Bukan
template.

Mengapa begitu? Mari kita berbicara logika. Untuk seorang Marcell berproses menghasilkan album saja sudah bisa dibayangkan betapa banyak elemen pendukung dan kondisi yang membuatnya hadir. Marcell sendiri, penulis lagu, penata lagu, penata vokal, penata rekam, manajemen, perusahaan rekaman, kru, studio rekaman. Belum kita berbicara tentang
microphone, headphone, kabel-kabel, mixer, monitor speaker sampai peralatan-peralatan yang lebih teknis seperti efek vokal, komputer beserta software-softwarenya. Lalu ketika show ada klien, sponsor, penonton, penggembira, fotografer, MC, panggung, tata lampu, tata suara, gedung pertunjukan dan masih banyak lagi. Belum kita bicara mengenai hal paling paling signifikan dalam proses rekaman dan show yaitu: Listrik. Tanpa listrik, mati. Manyun.

Lihat sendiri betapa seorang Marcell tidak dapat menghasilkan sesuatupun tanpa adanya bantuan, tanpa adanya kondisi-kondisi, tanpa adanya dukungan. Pantaskah seorang Marcell berkata bahwa albumnya adalah hasil jerih payahnya SENDIRI? Pantaskah seorang Marcell sombong dengan mengatakan bahwa dia hebat?

Tidak. Sangat tidak pantas. Ketidakpantasan yang disebabkan bukan karena Marcell seorang artis sehingga dia harus selalu terlihat rendah hati. Bukan karena Marcell seorang
public figure sehingga image ini membuat dia tidak boleh terlihat sombong. Bukan.

Mengapa? Karena TIDAK LOGIS! Tidak masuk akal. Pemahaman logikal inilah yang membuat saya sadar dan paham bahwa kita tidak sepantasnya sombong. Bukan karena dipaksa oleh
image, bukan karena dipaksa oleh orang sekeliling kita yang mengatakan bahwa kita harus rendah hati. Bukan HANYA karena kita dikhotbahi pendeta atau dinasehati orang tua. Tapi juga karena kita menggunakan logika. Dengan menggunakan logika kita sadar akan kenyataan bahwa memang TIDAK MUNGKIN menyelesaikan apapun sendirian tanpa dukungan langsung maupun tidak langsung dari kondisi-kondisi yang ada. Apa yang kita hasilkan sebenarnya adalah hasil kolaborasi. Kolaborasi dengan kondisi-kondisi. Terimalah kenyataan ini. Tidak usah malu.

Pembicaraan ini bukan pembicaraan yang 'dalam' apalagi 'sok dalam'. Saya selalu dikritik orang sebagai pribadi yang sok filosofis, sok mengakar dan
complicated. Padahal tidak. Kalaupun iya, saya tidak peduli. Saya berbicara apa adanya. Kenyataan yang ada. Standar. Masalah logika. Dan logika adalah kekuatan kita. Tinggal masalahnya kita masih mau pakai logika kita atau tidak. Silahkan memilih.

Semoga semua mahluk berbahagia.

Terima kasih semesta untuk perjalanan hari ini.

PS. Terima kasih kepada keluarga Bapak Haji Naim yang telah membantu mengurangi rasa sakit pada jempol kaki kiri saya yang bengkak karena keseleo. Semoga amal kebaikannya diterima oleh Yang Maha Kuasa :)

23 comments:

Anonymous said...

duhh Marcell... cowok bangett siy! Logika emg yg paling penting bg hmpir semua cowok, bukn sesuatu yg penting lg, tp emg muncul secara otomatis dr mind seorang cowok. Mkanya logika cowok diciptakan untuk melengkapi perasaan dominan pada cewek

Marcell Siahaan said...

Hi, Yuni..
Menurut saya, logika bukan hanya yang terpenting bagi cowok tapi juga bagi semua manusia termasuk cewek. Wanita dilahirkan dengan perasaan yang lebih peka sedangkan laki-laki dengan logika yang lebih kuat. Tapi bukan berarti wanita tidak bisa menggunakan logika dan laki-laki tidak bisa mengunakan perasaannya. Perasaan dan logika, dua-duanya seperti otot. Untuk menjadi kuat, otot harus dilatih. Latihlah kekuatan 'otot' perasaan dan 'otot' logika secara seimbang, sehingga kita mampu menggunakan keduanya sesuai dengan apa yang kita butuhkan dalam menyelesaikan masalah kita. Terlalu memakai perasaan tidak akan selamanya membuat orang tersebut terkesan 'cemen' selama tetap realistis (baca: menggunakan logika). Terlalu menggunakan logika juga akan menyakiti kita dan orang -orang sekeliling kita jika tanpa kepekaan (baca: perasaan). Dalam posting saya terakhir saya hanya ingin menunjukkan bahwa kerendah hatian bukan hanya berhubungan dengan masalah kepekaan tapi juga bisa dibuktikan dengan kedalaman logika kita. Posting ini menguatkan kenyataan bahwa kesombongan hanyalah berujung penderitaan dari segala segi. Logika maupun perasaan. Dan kerendah hatian akan membawa kita menjadi manusia yang selalu lebih baik.

Be happy!

Reza Gunawan said...

Hey brother,

I honestly admire your articulate words and keen observations.

Setelah beberapa posting pertama, kayanya urat kepenulisan elo berhasil dijebol dan mengalir deras bro :)

Mau sumbang perenungan ya. Setelah kita bisa lepas dari 'rendah hati' sebagai penjara ekspektasi lingkungan, dan mulai melihat dengan logika, bahwa sombong mengambil peran diri memang tidak masuk akal, barulah kita mulai 'merasakan' logika tersebut dan mulai mencari sosok diri yang mampu menjadi sombong, dan yang mampu rendah hati.

Disinilah kita terpaksa merunut kepada "siapakah saya?", pertanyaan eksistensial yang paling mendasar dan sulit dijawab. Namun ketika teka-teki pencerahan ini berhasil dipecahkan, sombong dan rendah hati pun kehilangan pemerannya :)

Namaste,
Milli Vanilli

Marcell Siahaan said...

Thank you, Rez! Iya, I definitely agree with you :) Proses logikal ini hanyalah proses untuk kemudian kita menyadari bahwa sombong dan rendah hati itu sebenarnya tidak ada. Sombong dan rendah hati hanyalah konsep. Karena konsep sombong dan rendah hati sebenarnya adalah hasil ataupun jawaban dari ekspektasi lingkungan sekaligus juga ekspektasi kita sendiri dalam menanggapi ekspektasi lingkungan tadi. Ketika kita menyadari 'siapa saya' secara penuh, konsep sombong dan rendah hati sekaligus juga ekspektasi terhadap keduanya akan luruh dengan sendirinya. Yang tinggal hanyalah menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Diri kita sejatinya. Diri yang terus berproses.. :)

Namaste svatthi hotu,

Modern Talking

Anonymous said...

you're an amazing writer...you should write a book, something like chicken soup or even better.
i used to have negative assumptions from the celebrity gossips i heard, your blog & Dewi's totally changed my thought and how I should think towards everybody, be it celebrities or regular people.
thank you...
-linda-

Dee Lestari said...

Atjeu,
You've successfully revealed a simple yet deep analogy of how we are all interrelated.
Pada akhirnya memang tidak ada yang layak di-"sombong"-kan, karena segala sesuatu bergantung pada kehadiran segala sesuatu lainnya untuk sekadar bisa ADA.
So let me reveal my own secret then: even though I'm famous of my narcissism, it's just an "act". Nothing special to brag about. Ga ada yang layak dinarsiskan. Ga ada yang layak disombongkan. Semua ini hanya numpang lewat.

Tapi walaupun demikian... I still wanna have fun and enjoy my "act" of narcissism to the fullest! Haha! Panyakit ieu maaaah...

~ D ~

-wie- said...

ada quote yang saya suka karena mengingatkan saya untuk tetap "merendah" : tetaplah lapar dan tetaplah bodoh.

Dengan kondisi seperti itu, maka kita tidak akan pernah merasa paling. Dan yang terpenting, kita akan selalu dapet hal2 baru, karena selalu ada ruang kosong dalam diri kita untuk di isi.

Salam kenal marcel,
saya penyuka berat lagu FIRASAT kamu.

Anonymous said...

Eh mba Wiwie udah komen duluan..

Yak.. masalah kerendahan hati seperti halnya sebuah gelas kosong.

Yang memposisikan diri sebagai gelas kosong yang siap menerima tumpahan air.. berbagai jenis minuman..

Dengan begitu.. sifat kerendahan hati bisa tercipta.. karena sifat rendah hati nggak bisa dibuat.

Marcell Siahaan said...

Thank you, Atjeuuu :) Saran saya: sisihkan waktu untuk berdiskusi dengan Reza bagaimana mengobati 'penyakit' kamu yang satu itu yaa :) Walaupan Reza pernah bilang bahwa penyakit kamu sulit disembuhkan dengan terapi apapun, namun jangan menyerah sobat mudaaa!!! ;)

Namaste,

Kirana

Ussi said...

hai..aku baca potingan om banyak banget sampe pusing2 kepala inih...
suka banget yang basa-basi ituh. Bikin aku merenung. Baca postingannya selang-seling sama blognya Mbak Dee. Kalian berdua emang orang2 yang mengakar ya. keren. Aku dapet banyak ilmu di sini. Aku juga benci basa-basi. Benci dikasihani. huhu

Haaauh...musti kuliah abis ini T_T
masi semester atu tapi semangatnya udah jadi debu...

Oh ya, kalau sombong itu ga perlu, kok kadang kita merasa bahagia saat kita sombong?penyakit?


aku suka blog inih. Sering2 kemari aaaah...

Marcell Siahaan said...

Dearest SapTerCur (Sapi Terbang Meluncur),
Ketika kita merasa bahwa ada rasa 'bahagia' ketika kita sombong sebenarnya adalah perasaan yang sangat wajar. Jangan dilawan. bagian dari proses yang harus kita hadapi. Sebelum kita akhirnya menyadari bahwa even sombong dan rendah hati itupun tidak ada, kita harus tahu dulu mana yang dikategorikan sombong dan rendah hati sekaligus juga mana yang dikategorikan sebagai percaya diri dan rendah diri. Sombong dan rendah diri seakan menjadi hal yang 'ditakutkan'. Padahal untuk kita bisa menjadi percaya diri kita harus merasakan bagaimana rasanya menjadi sombong. Demikian juga apabila kita ingin menjadi orang yang rendah hati kita harus merasakan bagaimana rasanya rendah diri. Kita tidak akan tahu bagaimana mendefinisikan kegelapan selama kita tidak pernah melihat terang. Ketahanan mental kitalah yang akhirnya akan menentukan seberapa lama kita bertahan di titik kesombongan maupun di titik kerendahdirian yang kita 'takutkan' itu. Karenaseperti kita sadari bersama, bertahan di dua titik itu tentunya membawa pengaruh dan efek samping yang tidak membahagiakan kita :)

tan_intan said...

wow! i'm a fan already.. hihi.. rasanya komen2 balesan Marcell malah gak kalah seru dari postingannya.. hehe..
aku fans berat mba Dewi loh.. uda ketemu 2 kali (sombong?) hahah.. abis ini musti ketemu Marcell

Erin said...

Hi Marcell,
Agree, untuk bisa berlogika tentang kesombongan, tidak hanya dibutuhkan kemampuan untuk berlogika tapi juga kerendah hatian untuk berproses. I never doubt your intellect, but now just realised that modesty obviously is in your blood.
Dengan menggunakan logika yang sama bahwa we are nothing without the others, kita juga bisa berlogika untuk berempati dengan kesusahan orang lain.

Mungkin cerita ini bisa jadi bahan renungan (mohon maaf kalau sudah terlalu sering dengar) : Seekor tikus yang hidup di peternakan ketakutan waktu dia tau bahwa sang empunya peternakan ternyata baru saja membeli penangkap tikus. Karena ketakutan, pak tikus curhat ke segenap penghuni peternakan : ayam, kambing dan sapi. Tapi semua cuek, tidak merasa perlu berempati dengan stressnya si pak tikus karena tidak merasa terancam dengan keberadaan sang penangkap tikus.
Sampai suatu hari ternyata penangkap tikus berhasil menangkap seekor ular berbisa. Karena terlalu excited, ibu peternak tidak berhati2 waktu melepaskan sang ular, sehingga tangannya tergigit ular dan harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah berhari2 di rumah sakit, diperbolehkan pulang kerumah tapi masih dalam keadaan tidak sehat. Untuk menyembuhkan stamina si ibu, bapak peternak memutuskan untuk menyembelih ayam miliknya. Masih belum sehat juga, bapak peternak memutuskan untuk menyembelih kambing untuk menaikkan tensi darah ibu. Selama berada dirumah, ibu-ibu arisan dan segenap kerabat datang berkunjung. Untuk itu, bapak peternak merasa berkewajiban untuk menyediakan makan siang, dan memutuskan untuk memotong sapi miliknya. Akhirnya semua penghuni peternakan habis disembelih kecuali si pak tikus yang justru merasa terancam jiwanya pertama kali oleh si penangkap tikus.

We are indeed related and connected, we are actually at risk when other people are in distressed. It sounds selfish that at the end of the day, it’s all about us and our attempt to pursue our own happiness. But if it works and makes this world a better place, so be it.
PS. Aku sends his warmest regards to you. Looking forward to see you in Bandung !!

Anonymous said...

puncak kerendah-hatian mungkin adalah ketika seseorang memiliki jiwa yang tertawa. sebab Maha Rendah Hati, nampaknya juga Maha Humoris.

salam,

vika

f i a said...

mmmmm, kak marcell (what??kak???hehehe)

akhirnya...terima kasih Tuhan

kenapa begitu??? ternyata stelah aku baca blog kak marcell ini,aku jadi sadar kalo aku bukan orang aneh satu2nya di dunia ini (tsahh,lebayy)
dari semua postingannya,semuanya aku banget (bedanya kak marcell PEnyanyi,klo aku bakal jadi PEngangguran bentar lagi,hehe)

cara pikir kita tu hampir sama dalam menyikapi suatu masalah.aku suka dibilang aneh.gak usah jauh2,ortu aku aja ampir nyerah ngadepin aku,hehe. aku ampir slalu "perang urat saraf" sama ortu klo menyikapi suatu hal,soalnya aku slalu ambil jalan penyelesaian yg laen sama mereka.temen2 aku juga bilang begitu.klo bisa dibikin film, pasti judulnya "mreka bilang aku aneh" (ketawa ngakak).

aku paling stuju sama postingan tentang basa basi. asli,aku gak bisa basa basi, yang ada malah basi beneran,huh cyapeee dehh...

tetep smangat kak...
tetep bangga sama jalan pikiran kita yg beda dari kebanyakan orang...
pokoknya "proud 2 b different" lah

(eh,ada satu lagi hal yg beda dari kita :aku gak suka jilat2 aspal,rasanya kurang manis,hehehe)

Andri Journal said...

Halo mas marcel..Salam kenal ya..Ini mas marcel yg penyanyi itu kan?Wah,ternyata jago nulis jg nih..bisa2 ntar bikin novel jg ya..haha..

Sombong itu penyakit hati nomor 6 dalam kitab "Mensucikan Jiwa".Penyebabnya ada 7:ilmu pengetahuan,amal-ibadah,keturunan,kecantikan,harta,kekuatan dan yg terakhir pengikut/fans.

Ada beberapa ujian untuk mengetahui ada tidaknya kesombongan dalam hati:pertama,berdiskusilah dg teman..bila kita berat mengakui pendapat teman kita,padahal benar,berarti kita sombong.

Kedua,jika ada undangan dari orang miskin..datanglah.Bila kita keberatan,berarti kita sombong.

Sebenarnya ada lg ujian yg lain.Silakan mas marcel baca sendiri kitabnya..Semoga bermanfaat. =)

Anonymous said...

ya ya.. orang sombong sejatinya orang yang paling ga pede sedunia... *sok ngerti* :D

Unknown said...

Blognya manusiawi sekali.
Di-link, ya, sama Tobucil...
Makasih sebelumnya ... ^_^

Anonymous said...

rendah hati itu memang bukan hal mudah
jangan dipaksakan
apalagi diusahakan
atau bahkan kau pakaikan topeng

ikhlas..
syukur pada-Nya akan membuatmu lebih rendah hati
menyadari betapa kecilnya diri..

semoga "rendah hati" bukan dijadikan pelajaran, namun sebuah perjalanan..

nice to read ur blog..

warm wish,
lucy

jerry said...

Hi,
Sedikit koment lagi ya bang..
Beha kabarnya kan? Horas :D

Kalimat: "Kita tidak akan tahu bagaimana mendefinisikan kegelapan selama kita tidak pernah melihat terang."

Dalam dualitas mungkin dng melihat terang, kita bisa mendefinisikan gelap, tapi di dunia kan ada juga hal abu2, So, lebih mengatasi dualisme mungkin bila kalimatnya, "Kita tidak akan tahu gmn mendefine kegelapan selama kita tdk pernah mengalami gelap." Jd, pengalaman akan hal itu sendiri yg lebih menentukan definisi sesungguhnya dr hal itu, seeing the things as the way it is? :D

Dan jika, kita naek, maka kita akan turun, jika kita bertahan n melawan, yg pasti akan melelahkan, dan in the end, pasti kalah oleh perubahan. Dia selalu menang!
Tapi jika tidak pernah naik dan tidak pernah turun, akan dikatakan bertahankah kita? Bukannya kita stand on our own feet on the very ground sebagaimana adanya? :D

Setuju dgn pemikiran bang marcell. U alrdy have a great view, thought, cultivation, words, belum tau perbuatannya, secara kurang kenal, tp utk jujur, sjauh ini tdk pernah meliat dewi-marcell sbg pasangan yg aneh2 n mencari sensasi spt artis2 laen. One thing disappointed me mungkin 'pemberitaan' di media yg mengatakan "Dewi Menggugat Cerai" hehe.. jadi inget "Indonesia menggugat"nya Bung Karno. xD
Why dont they just wrote "Dewi mendaftarkan perceraian?"
Yah.. dah lewat lah.. move-on move-on.. cia yo! banzai! skedar numpahin unek2 n opini :)

Noora said...

Good day Marcell,

Your post is very enlightening, deep and very carefully sorted out and lined up. Just to share some thoughts that learning to be humble is of paramount importance in most religions and spiritual traditions, and humility can also help develop as a person and enjoy richer relationships with others indirectly reflects on who you really are. Life is a journey, traveling from here to wherever the unknown leads you. We are all on the road. Bottom line is we choose the values we live by... But on a totally non- related subject note, I thought I would pass along a two-thumbs up on your latest release especially berhenti berharap,this song is so calming, yet the lyrics are so alarming, in a way. Congrats!

Keep on keeping on...

Regards.

Reevo Saulus said...

WAAAAHHH Marcell nya ngisi langsung ke blog gue yang ini

http://reevosaulus.blogspot.com/2008/09/marcell-and-dewi-lestari-are-officially.html

yaampun !!

Aduh Mas/Om/Bang [saya manggilnya apa ? hehe] Marcell, makasih ya udah mampir ke blog saya, maaf kalo posting saya diatas kurang berkenan di hati Mas Marcell/Mbak Dee .. Itu cuma opini seorang anak 16 taun kok .. hehehe

Buat Mas Marcell, keep singing ya ! Suaranya keren banget hehe .

Buat Mbak Dee, buku2 mbak bener2 dahsyat, tapi novel Rectoverso nya belum saya beli gara2 saya belum nabung hehehe .


-Reevo-

Anonymous said...

wah dari dulu gue memang suka ma pembawaanya mas marcell yang gak sombong. Rendah hatinya gak sekedar template. Dan memang benar2 keluar dari hati. Salut buat marcell..